AGRIVISI Journal of Agricultural Sciences (AJAS)
https://jurnal.uhn.ac.id/index.php/agrivisi
<p>Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian (Journal of Agricultural Sciences) </p>en-USAGRIVISI Journal of Agricultural Sciences (AJAS)Pengaruh Dosis Abu Boiler Dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Baby Corn (Zea mays saccaratha L.) Pada Ultisol Simalingkar
https://jurnal.uhn.ac.id/index.php/agrivisi/article/view/1944
<p>Untuk mempelajari pengaruh dosis abu boiler dan pupuk kandang sapi serta interaksinya terhadap pertumbuhan tanaman <em>baby corn </em>(<em>Zea mays saccaratha </em>L.), dilaksanakan penelitian pada bulan Maret sampai Mei 2024 pada Ultisol Simalingkar di Medan, Indonesia. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang terdiri dari dua faktor, yakni: dosis abu boiler yang terdiri dari empat taraf, yaitu B<sub>0 </sub>= 0 ton/hektar, B1 = 1,25 ton/hektar, B<sub>2 </sub>= 2,5 ton/hektar dan B<sub>3 </sub>= 3,75 ton/hektar, dan dosis pupuk kandang sapi yang terdiri dari tiga taraf yaitu S<sub>0 </sub>= 0 ton/ha, S<sub>1 </sub>= 20 ton/ha, dan S<sub>2 </sub>= 30 ton/ha. Parameter yang diamati yaitu: tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang pada umur 2, 3 dan 4 MST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis abu boiler dan interaksinya dengan dosis pupuk kandang sapi berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh peubah pertumbuhan pada setiap umur pengamatan, sedangkan dosis pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan diameter batang tanaman pada umur 3 MST, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2, 3 dan 4 MST serta jumlah daun dan diameter batang tanaman pada umur 2 dan 4 MST. Hubungan antara dosis pupuk kandang sapi dengan jumlah daun dan diameter batang pada 3 MST masing-masing berbentuk linier positif. Interaksi dosis abu boiler dan dosis pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap diameter batang tanaman pada umur 4 MST tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap peubah yang lain pada setiap umur pengamatan, dengan dosis optimum abu boiler pada pemberian pupuk kandang dengan dosis 30 ton/ha adalah sebesar 2.2 ton/ha.</p>Elisabeth Sri PujiastutiEca Sessaria SipahutarParlindungan LumbanrajaJuli Ritha Tarigan
##submission.copyrightStatement##
2025-08-032025-08-0322110Pengaruh Pemberian Efektif Mikroorganisme-4 (EM-4) Dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Varietas Takar Dua
https://jurnal.uhn.ac.id/index.php/agrivisi/article/view/1949
<p>Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian efektif mikroorganisme-4 (EM-4) dan pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah (<em>Arachis hypogaea </em>L.) varietas takar dua pada tanah Ultisol. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri atas 2 faktor perlakuan yaitu perlakuan efektif mikroorganisme-4 (EM-4) dan pupuk kandang sapi. Perlakuan konsentrasi EM-4 terdiri atas empat taraf perlakuan yaitu: E0=0 ml/ liter air (kontrol); E1= 18,6 ml/ liter air; E2=28,6 ml/ liter air (dosis anjuran) dan E3=38,6 ml/ liter air. Perlakuan pupuk kandang sapi (S) terdiri atas empat taraf perlakuan, yaitu: S0=0 ton/ha atau 0 kg/ petak (kontrol); S1= 15 ton/ha setara 2,25 kg/petak; S2=30 ton /ha setara 4,5 kg/petak dan S3=45 ton/ha setara 6,75 kg/petak. Parameter yang diamati yaitui: produksi polong per petak (g/petak), bobot 100 butir biji kering jemur, produksi biji per petak (g/petak) serta produksi biji per hektar (ton/ha). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi EM-4 berpengaruh tidak nyata terhadap produksi polong per petak (g/petak), bobot 100 butir biji kering jemur, produksi biji per petak (g/petak) serta produksi biji per hektar (ton/ha). Demikian pula dosis pupuk kandang sapi berpengaruh tidak nyata terhadap produksi polong per petak (g/petak), bobot 100 butir biji kering jemur, produksi biji per petak (g/petak) serta produksi biji per hektar (ton/ha). Interaksi antara pemberian EM-4 dan pupuk kandang sapi berpangaruh tidak nyata terhadap semua parameter.</p>Shanti Desima SimbolonAndreas SianturiYanto Raya Tampubolon
##submission.copyrightStatement##
2025-08-032025-08-03221120Pengaruh Beberapa Metode Terhadap Penunasan Katak Tanaman Porang (Amorphophallus muelleri Blume)
https://jurnal.uhn.ac.id/index.php/agrivisi/article/view/1947
<p>Penelitian untuk mengetahui pengaruh metode mempercepat masa penunasan katak porang (<em>Amorphophallus muelleri</em> Blume), Rancangan Acak Kelompok Non Faktorial (RAKNF), 8 taraf perlakuan, P1= Pengeringan dengan Kering Angin, P2= Katak ditanam dipolibeg, 2/3 dibenamkan dalam tanah, P3= Perendaman katak dalam air selama 24 jam, lanjut dipolibeg, P4=Perendaman katak 36 jam dalam air, lanjut di polibeg, P5= Perendaman katak 4 jam dalam air kelapa muda, lanjut di polibeg, P6= Perendaman katak 6 jam dalam air kelapa muda, lanjut di polibeg, P7= Perendaman katak 24 jam dalam <em>eco-enzyme</em> konsentrasi 10 ml/l air, lanjut dipolibeg, P8= Perendaman katak 24 jam dalam <em>eco-enzyme</em> konsentrasi 15 ml/l air, lanjut dipolibeg. Penelitian 3 ulangan. Hasil analisis ragam terbukti metode penunasan katak porang yang terdiri dari 2 bagian yaitu pada 3 sampel umur 6 MST berpengaruh sangat nyata pada persentase katak bertunas, berpengaruh tidak nyata pada 5 sampel di semua umur, berpengaruh nyata pada jumlah tunas dengan 3 sampel umur 6 MST, berpengaruh nyata pada tinggi bibit di umur 6 MST,dengan 3 sampel umur 6 MST perlakuan P2 lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya, rata-rata persentase katak bertunas 89% pada umur 6 MST. Perlakuan berpengaruh tidak nyata pada persentase katak bertunas dengan 5 sampel pada semua umur, persentase katak yang tertinggi mencapai 100%. Pada umur 8 MST semua katak sudah bertunas Perlakuan berpengaruh nyata pada jumlah tunas dengan 3 sampel pada umur 6 MST, rataan terbanyak pada P2 dan P5, rata-rata jumlah tunas 1,00 cm. Perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah tunas dengan 5 sampel pada semua umur pengamatan, tetapi pada perlakuan P8 cenderung lebih banyak daripada perlakuan lainnya. Perlakuan berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit pada semua hasil pengamatan umur 6 MST, tinggi bibit tertinggi terlihat pada perlakuan P5 menghasilkan rataan 1,31 cm dibandingkan perlakuan lainnya.</p>Susana Tabah Trina SumiharBenedicta Lamria SiregarDevi Tiurma Silalahi
##submission.copyrightStatement##
2025-08-052025-08-05222136Pengendalian Hama dan Penyakit pada Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Dolok Ilir Kecamatan Dolok Batu Nanggar Kabupaten Simalungun
https://jurnal.uhn.ac.id/index.php/agrivisi/article/view/1930
<p>Penurunan produksi dan produktivitas kelapa sawit dapat terjadi salah satunya akibat serangan hama dan penyakit tanaman yang sulit dikendalikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis hama dan penyakit tanaman serta pengendalian pada tanaman menghasilkan kelapa sawit (<em>Elaeis guineensis</em> Jacq.) di Dolok Ilir, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus s/d September 2024. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengumpulan data primer dan sekunder, yang dimana melakukan pengamatan secara langsung dan studi pustaka serta dokumentasi. Berdsarkan hasil penelitian disimpulkan; a) hama pada penyakit tanaman kelapa sawit menghasilkan di Dolok Ilir terdiri dari dua hama yaitu ulat kantung (<em>Metisa plana</em>) dan kumbang tanduk (<em>Oryctes rhinoceros</em>), b) penyakit pada tanaman kelapa sawit menghasilkan di Dolok Ilir yaitu penyakit busuk pangkal batang (BPB), c) pengendalian hama pada tanaman kelapa sawit menghasilkan (<em>Elaeis guineensis</em> Jacq.) ada dua cara yaitu secara mekanis dan kimiawi, d) pengendalian penyakit pada tanaman kelapa sawit menghasilkan terdiri dari pembumbunan, pemberian belerang, pembakaran tandan buah dan tunggul, mengumpulkan dan membakar tandan buah dan tunggul yang terinfeksi untuk meminimalkan sumber infeksi, tunggul atau sisa tanaman dibongkar secara mekanis atau kimiawi sebelum ditanam kembali, penanaman tanaman baru sebaiknya menggunakan bibit tanaman kelapa sawit yang telah diberikan <em>Mikoriza</em> dan <em>Trichoderma/Gliocladium</em>, infeksi penyebab busuk pangkal batang (BPB) dapat dicegah dengan memanfaatkan fungi Mikoriza arbuskular yang berasosiasi dengan akar tanaman kelapa sawit. Berdasarkan hasil penelitian disarankan; Pengendalian hama dan penyakit sebaiknya dilakukan secara mekanis jika jumlah hama dan penyakit masih dapat dikendalikan dan dilaksanakan secara rutin ketika umur hama masih muda.</p>Memori WaruwuFerisman TindaonYanto Raya TampubolonHotden Leonardo Nainggolan
##submission.copyrightStatement##
2025-09-282025-09-28223743